Guratcipta
1 of 22
Sastra Sebagai Sebuah Dunia
Pascale Casanova
New Left Review 31, January-February 2005
Terjemahan: Noor Cholis
Pelanggan: Tuhan membuat dunia hanya dalam enam hari dan kamu, kamu tak bisa
membuatkan aku celana dalam enam bulan!
Penjahit: Tapi, bos, lihat dunia, dan lihat celanamu.
dikutip oleh Samuel Beckett
Jauh, jauh darimu sejarah dunia membentang, sejarah dunia jiwamu.
Franz Kafka
Tiga pertanyaan. Mungkinkah menjalin kembali ikatan yang sudah hilang antara sastra, sejarah
dan dunia, sambil tetap memelihara pengertian penuh tentang keunikan teks-teks sastra yang
mustahil ditawar? Kedua, bisakah sastra itu sendiri dipahami sebagai sebuah dunia? Kalau bisa,
mungkinkah penjelajahan atas wilayahnya akan membantu kita menjawab pertanyaan nomor
satu?
Guratcipta
2 of 22
Dirumuskan secara lain: mungkinkah menemukan sarana-sarana konseptual yang bisa
dipakai untuk menandingi postulat sentral kritik sastra internal berbasis teks—keterpenggalan total
antara teks dan dunia? Bisakah kita mengusulkan suatu perangkat teoretis dan praktis yang
sanggup melawan prinsip baku otonomi teks, atau independensi yang dianggap melekat pada
wilayah linguistik? Sampai sekarang jawaban-jawaban yang diberikan bagi pertanyaan krusial ini,
antara lain dari teori pascakolonial, bagi saya nampak hanya membangun kaitan terbatas antara
dua domain yang diandaikan tak terbandingkan. Pascakolonialisme mengasumsikan adanya
sebuah kaitan langsung antara sastra dan sejarah, kaitan yang semata-mata berwatak politis. Dari
sini, ia beranjak menuju sebuah kritik eksternal yang berisiko mereduksi sastra menjadi politis
semata, melakukan serangkaian aneksasi atau potong kompas, dan sering diam-diam
mengabaikan estetika aktual, karakteristik formal atau stilistik yang sesungguhnya ‘membentuk’
sastra.
Saya ingin mengajukan sebuah hipotesis yang akan bergerak melampaui pembagian
antara kritik internal dan eksternal ini. Kita anggap saja ada sebuah ruang medi