Etos Postmodern
Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Beberapa waktu yang lalu saya mendapat bahan tentang Postmodernisme yang berjudul "POSTMODERNISME; Sebuah Pengenalan"
yang ditulis oleh Stanley J. Grenz. Tulisan yang saya bagikan berikut ini adalah salah satu bagian dari buku tsb. Mudah-mudahan
artikel ini menolong kita untuk mengenal fenomena Postmodernisme yang sedang terjadi di sekitar kehidupan kita.
In His grace,
Yulia Oen
Edisi:
013/III/2001
Isi:
Postmodernisme lahir di St. Louis, Missouri, 15 Juli 1972, pukul 3:32 sore. Ketika pertama kali didirikan, proyek rumah Pruitt-Igoe di
St. Louis di anggap sebagai lambang arsitektur modern. Yang lebih penting, ia berdiri sebagai gambaran modernisme, yang
menggunakan teknologi untuk menciptakan masyarakat utopia demi kesejahteraan manusia. Tetapi para penghuninya
menghancurkan bangunan itu dengan sengaja. Pemerintah mencurahkan banyak dana untuk merenovasi bangunan tsb. Akhirnya,
setelah menghabiskan jutaan dollar, pemerintah menyerah. Pada sore hari di bulan Juli 1972, bangunan itu diledakkan dengan
dinamit. Menurut Charles Jencks, yang dianggap sebagai arsitek postmodern yang paling berpengaruh, peristiwa peledakan ini
menandai kematian modernisme dan menandakan kelahiran postmodernisme.
Masyarakat kita berada dalam pergolakan dan pergeseran kebudayaan. Seperti proyek bangunan Pruitt-Igoe, pemikiran dan
kebudayaan modernisme sedang hancur berkeping-keping. Ketika modernisme mati di sekeliling kita, kita sedang memasuki sebuah
era baru - postmodern.
Fenomena postmodern mencakup banyak dimensi dari masyarakat kontemporer. Pada intinya, Postmodern adalah suasana intelektual
atau "isme"- postmodernisme.
Para ahli saling berdebat untuk mencari aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam postmodernism. Tetapi mereka telah mencapai
kesepakatan pada satu butir: fenomena ini menandai berakhirnya sebuah cara pandang universal. Etos postmodern menolak
penjelasan yang harmonis, universal, dan konsisten. Mer