Guratcipta
1 of 20
Tubuh-Tari dan Tubuh-Teater Masa Kini
(tubuh dari antropologi budaya lisan)
Afrizal Malna
Tubuh manusia telah menjadi tari dan teater sekaligus, begitu dia berjalan menghadapi
dunia luar yang adalah peta bergerak bagi berbagai simpul kepentingan dan konflik. Sudah sejak
lama manusia begitu tergoda pada tubuhnya sendiri. Melalui berbagai gelombang peradaban,
godaan itu menggiring manusia mencari bayangan sakral Tuhan sekaligus mencari kepuasaan
karnal dirinya lewat tubuhnya sendiri. Dan tubuh adalah ihwal yang mengalami bentukan budaya
dari berbagai nilai, yang pada gilirannya memperlihatkan bagaimana manusia mengalami kesulitan
dalam membaca tubuhnya sendiri. Semua peradaban manusia berkaitan langsung dengan
kelebihan, keterbatasan maupun pengagungan tubuh manusia, sejak dari militerisme, seni, filsafat
hingga ke kosmetika.
Antropologi visual, yang bisa kita pakai membaca banyak produk karya seni yang dapat
dinikmati dengan mata, terutama fotografi dan film, menyingkapkan bagaimana seni melakukan
pergulatan panjang dengan tubuh manusia. Sebuah godaan yang pada gilirannya terkesan lebih
mirip dengan bagaimana manusia sebenarnya gemetar melihat tubuhnya sendiri, karena tubuhnya
bisa sakit, terluka, lumpuh, tua, cacat dan mati. Tubuh manusia adalah medan perang dengan lalu
lintas nilai yang bergerak di sekitarnya, mulai dari soal kegagahan dan kecantikan; ikon ras,
Guratcipta
2 of 20
ideologi dan agama, hingga ke ikon kelas ekonomi yang menegaskan diri dari pakaian yang
dikenakan.
Tulisan ini merupakan bagian dari usaha saya untuk melihat fenomena tubuh dalam seni
pertunjukan kita, khususnya “tubuh tari” dan “tubuh teater”. Saya meletakkannya dalam konteks
budaya lisan terutama karena melihat besarnya kebutuhan masyarakat untuk saling bercerita
dalam pergaulan sehari-hari. Pergaulan dan kebutuhan yang sarat dengan aktivitas mulut itu, di
satu sisi menghasilkan informasi, namun di sisi lain mendorong berkembangnya masyarakat gosip.
Tubuh manu