1
Efektivitas Kebijakan Suku Bunga dalam Rangka Stabilisasi Rupiah di Masa Krisis
EFEKTIFITAS KEBIJAKAN SUKU BUNGA DALAM RANGKA
STABILISASI RUPIAH DI MASA KRISIS
Sjamsul Arifin * )
*) Sjamsul Arifin : Kepala Bagian Studi Ekonomi dan Lembaga Internasional, UREM, BI, Email : sjamsul_a@bi.go.id
Selama krisis berlangsung, instrumen moneter yang tersedia bagi Bank Sentral untuk melaksanakan
stabilisasi menjadi sangat terbatas sehingga suku bunga menjadi andalan utama dalam upaya mengendalikan
laju inflasi dan menahan depresiasi rupiah. Akibatnya, suku bunga melonjak lebih dari 70% pada bulan
Agustus 1998 sementara laju inflasi masih berada pada tingkat yang tinggi dan depresiasi rupiah masih
mengalami overshooting.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga efektif untuk memperkuat nilai tukar apabila tidak
terdapat faktor-faktor non-ekonomi lain yang mengganggu. Sebaliknya, peningkatan suku bunga tidak efektif
untuk memperkuat nilai tukar apabila terdapat faktor-faktor non-ekonomi yang mengganggu, seperti berbagai
rumor negatif, pengerahan masa, dan kerusuhan sosial. Dalam upaya mengendalikan inflasi, efektivitas suku
bunga menjadi lebih rendah karena inflasi selain disebabkan oleh faktor permintaan (core inflation) juga
dipengaruhi oleh faktor penawaran (noise inflation), seperti produksi dan distribusi. Hasil peneltian
menunjukkan bahwa peningkatan suku bunga memang efektif untuk mengendalikan core inflation, tetapi tidak
efektif untuk menekan noise inflation. Dalam bulan-bulan tertentu terutama awal 1998, core inflation memang
lebih menonjol, karena ekspansi yang berasal dari pemberian BLBI, kepanikan masyarakat yang mengakibatkan
pemborongan kebutuhan pokok, dan persiapan menjelang lebaran. Tetapi sejak Maret 1998, noise inflation
lebih menonjol akibat cuaca yang tidak menguntungkan dan adanya kerusuhan sosial bulan Mei yang banyak
mengganggu produksi dan sistem distribusi.
Untuk mengurangi beban suku bunga dalam mengendalikan inflasi dan nilai tukar, beberapa saran
diajukan untuk jangka pendek antar