Loading ...
Global Do...
News & Politics
21
0
Try Now
Log In
Pricing
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit adalah suatu gangguan yang berhubungan dengan jaringan penutup permukaan tubuh terutama kulit yang sering terjadi dan bersifat ringan. Penyakit kulit ini sering dialami oleh bayi dan anak. Meskipun sifatnya relatif ringan tetapi apabila tidak ditangani secara serius, maka hal tersebut mempengaruhi kondisi kesehatan bayi dan anak. Dalam laporan ini, penyakit kulit yang dibahas meliputi ruam popok, furunkulosis dan impetiso. Gangguan tersebut sering terjadi akibat kurang terjaganya kebersihan bayi dan lingkungannya atau rendahnya pengetahuan orang tua mengenai perawatan bayi yang benar. Anak dari orang tua dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah maupun yang tinggi dapat mengalami penyakit ini, apabila orang tuanya tidak mengetahui cara merawat bayi secara benar. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui tentang penyakit kulit yang menyerang bayi dan anak dan memberikan asuhan pada bayi dan anak dengan penyakit kulit yang meliputi ruam popok, furunkulosis dan impetiso. 1.2.2 Tujuan Khusus 1.2.2.1 Untuk mengetahui penyebab ruam popok, furunkulosis, dan impetiso pada bayi dan anak. 1.2.2.2 Untuk mengetahui gejala ruam popok, furunkulosis dan impetiso pada bayi dan anak. 1.2.2.3 Untuk mengetahui cara penanganan dari ruam popok, furunkulosis dan impetigo pada bayi dan anak. OLEH : ayurai Email: bidankusahabatku@gmail.com http://ayurai.wordpress.com/bidankusahabatku Page 1 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Impetigo 2.1.1 Pengertian Impetigo adalah infeksi kulit yang sering disebabkan oleh Stafilokokus Aurea atau kadang-kadang oleh Streptokokus dan mudah menular. Penularan dapat melalui 2 cara yaitu kontak langsung dengan penderita dan kontak tidak langsung melalui benda yang terkontaminasi, seperti pakaian, handuk, mainan dan lain-lainnya. 2.1.2 Gambaran Klinik Impetigo Kontangiosa (Impetigo Krustosa) Penyebab penyakit ini adalah streptokoki atau infeksi campuran. Terdapat terutama pada anak usia sekolah 5 – 7 tahun dan sama banyaknya pada pria dan wanita. Penyakit ini mudah sekali menular. Faktor predisposisinya adalah hygiene yang jelek dan penyakit kulit yang telah ada sebelumnya seperti infestasi parasit, walaupun pada orang sehat dan normal dapat juga terjadi. Lesi awal berupa vesikel yang berdinding tipis terdapat diatas dasar eritema. Vesikel ini mudah dan cepat sekali pecah. Jarang ditemui vesikel utuh. Bila cairan yang keluar mengering, terbentuklah keropeng (krusta) berwarna cokelat kekuningan. Krusta ini sukar lepas karena lekat ke dasarnya. Bila terlepas meninggalkan daerah eritema tanpa pembentukan sikatriks. Berangsur-angsur lesi meluas ke perifer tanpa penyembuhan di tengahnya. Biasanya lesi multipel dan dapat berkondisi jika penyakitnya parah. Timbul adenitis regional yang disertai keluhan demam dan gejala konstitusi lain. Tempat preduleksi adalah disekitar lubang hidung dan mulut. Pada penderita predikulosis kapitis terdapat di kepala. Lesi bisa juga terdapat disembarang OLEH : ayurai Email: bidankusahabatku@gmail.com http://ayurai.wordpress.com/bidankusahabatku Page 2 tempat di tubuh, misalnya pada penderita anak dengan dermatitis atopik atau skabres, kecuali di telapak tangan dan kaki. Selaput lendir jarang dikenai. Penyembuhan spontan dapat terjadi dalam waktu 2-3 minggu. Tapi perjalanan penyakit yang lama sering ditemui, terutama bila ada penyakit yang mendasarnya seperti infestasi parasit, ekzsema, atau iklim yang panas dan lembab. Impetigo Bulosa Penyebabnya adalah stafilokokus. Impetigo Bulosa mengenai semua umur dan mempunyai bentuk yang khas pada anak besar dan orang dewasa. Kadang-kadang terjadi epidemi penyakit ini, walaupun umumnya sporadis. Faktor predisposisinya adalah abrasi kecil dan lesi-lesi lain pada kulit. Bula pada impetigo bulosa lambat pecah dan dapat membesar. Diameternya 1- 2 cm dan bahkan kadang-kadang lebih. Bula ini dapat bertahan selama 2 atau 3 hari. Mula-mula isi bula jernih, kemudian menjadi keruh. Sesudah bula pecah, terbentuklah krusta berwarna kecoklatan, datar dan tipis. Penyembuhan bagian tengah dan perluasan ke perifer menimbulkan lesi sirnata (bentuk cincin). Tempat predileksi adalah muka dan kadang – kadang tempat lain termasuk telapak tangan dan telapak kaki. Juga sering ditemui di daerah yang telah ada penyakit sebelumnya seperti malaria atau gigitan insekta. Selaput lendir pipi data terkena.A denitis setempat jarang. 2.1.3 Etiologi Penyebab impetigo ialah stafilokokus pyogenes tipe 71 dan stafilokokus grup II, tipe 80/81. Bakteri-bakteri ini mengeluarkan toksin eksfoliatif yang menyebabkan pemisahan dermal – epidermal atua pembentukan bula. Beberapa diantara streptokokus group A tipe 3/13, 8, 12, 49 dan 57, bersifat nefrotoksik dan dapat menyebabkan glomerulonefritis OLEH : ayurai Email: bidankusahabatku@gmail.com http://ayurai.wordpress.com/bidankusahabatku Page 3 2.1.4 Patologi Proses inflamatorik dangkal sekali. Vesikopustula terdapat diantara stratum korneum dan stratum granulosum. Biasanya terdapat dekat muara folikel rambut. Didalamnya terdapat bakteri, lekosit, dan defris sel epitel. Pada korium dibawahnya terdapat edema ringan, kongesti vaskuler dan infiltrat granulositik 2.1.5 Laboratorium Pada impetigo yang disebabkan oleh streptokokus sering terjadi lekositosis enteng. Pada cairan bula yang segar ditemukan kuman gram positif. Biakan daerah yang mengeluarkan pus atau daerah di bawah krusta yang lepas menghasilkan sekitar 60% stafilokokus aurous 30% streptokokus dan 10% stafilokokus 2.1.6 Pengobatan Sebenarnya impetigo adalah penyakit ringan. Sewaktu waktu, dapat sembuh sendiri. Kendatipun demikian jika tidak diobati dapat pula mengakibatkan ekstensi lokal, foki infesius jauh atau glomerulonefritis akut Pengobatan penyakit ini meliputi memperbaiki higene perorangan, pengobatan lokal dan antibiotika sistetik Terapi lokal meliputi pembersihan mekanik dengan anti septik (Hexachlorephene) dan pemakaian salep antibiotik tapi tindakan ini tidak banyak mengubah perjalanan penyakit . Antibiotika oral dan parentiral yang diberikan selama 10 hari sangat efektif untuk menghilangkan steptokoki dan mencegah komplikasi septik serius seperti endokarditis atau meningitis walaupun jarang ditemui . Terapi antibiotik pada impetigo berguna untuk . (1) mempercepat penyembuhan impetigo OLEH : ayurai Email: bidankusahabatku@gmail.com http://ayurai.wordpress.com/bidankusahabatku Page 4 (2) sebagai tindakan kesehatan masyarakat untuk mengurangi reservoir streptokokal (3) memperkecil penyebaran bakteri dalam keluarga dan masyarakat (4) mengurangi prevalensi glomerulonefretis akut dari infeksi streptokokus 2.1.7 Cara Mencegah Penularan (1) Rawat bulae / krustae ( lepuh berisi nanah berwarna kuning ) dengan prinsif aseptik. Untuk melepaskan krustae (keropeng), basahi dulu bagian tersebut dengan larutan antiseptik (savlon). Bila di rumah tangga bahan tersebut tidak tersedia, maka bisa menggunakan air matang dan sabun. Jika krutas sudah hilang, oleskan salep antibiotik 2-3 kali sehari. Usahakan agar salep tetap berada pada luka dan anak tidak menggaruknya .hal ini untuk menghindari penularan ketempat lain. Salep antibiotik dapat diperoleh dari dokter dan digunakan sampai infeksi benar - benar sembuh. (2) Sendirikan pakaian / celana yang kotor .pakaian anak yang menderita impetigo sebaiknya dipisahkan apabila mencuci (3) Jauhkan kontak dengan anak lain. Untuk sementara orang tua harus hati hati hindari kontak langsung dengan anak sehat . (4) Apabila ada anggota yang tertular .segera rawat dan obati (5) Bila tidak ada perbaikan anjurkan untuk anak untuk dibawa kedokter 2.2 Ruam Popok 2.2.1 Pengertian Ruam popok sering disebut juga dengan diaper rash atau diaper dermatitis .ada beberapa pengertian ruam popok yaitu : 1. Inflamasi akut pada kulit yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung oleh pemakaian papok 2. Merupakan dermatitis kontak iritan karena bahan kimia yang terkandung dalam urine dan faeses OLEH : ayurai Email: bidankusahabatku@gmail.com http://ayurai.wordpress.com/bidankusahabatku Page 5 3. Akibat lahir karena kontak yang terus menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik, sehingga menyebabkan iritasi / dermatitis pada daerah perional 2.2.2 Gambaran klinik ruam terbatas pada daerah kulit yang tertutup popok kadang kadang sampai kepunggung apabila urine sampai membasahi pakaian bayi .lipatan lipatan dan fleksura tidak terkena pada kasus ringan terjadi ruam yang merah terang, yang dapat mengalami deskuamasi pada waktu penyembuhan ; pada kasus berat terjadi lepuh yang sangat luas yang dapat pecah dan kulit terbuka serta lepas lepas kadang kadang disertai infeksi sekunder 2.2.3. Etiologi Ada beberapa ruam popok. Salah satunya yaitu kontak yang lama dan berulang dengan bahan iritan , terutama urine dan faeces bahan kimia pencuci popok seperti sabun, detergen, pemutih, pelembut pakaian dan bahan kimia yang dipakai oleh pabrik pembuat popok disposable juga dapat menyebabkan ruam popok. Meskipun urine dan foces merupakan penyebab utama kombinasi faktor lainnya juga memberikan kontibusi terhadap terjadinya ruam popok Kontak yang lama antara kulit dan popok yang basah mempengaruhi beberapa bagaian kulit . gesekan yang lebih sering dan lama menimbulkan kerusakan / iritasi pada kulit yang dapat meningkatkan permeabilitas kulit dan jumplah miteroorganisme. Dengan demikian kulit menjadi sensitif dan mudah mengalami iritasi . Amonia juga dipandang sebagai penyebab ruam popok , meskipun amonia tidak berdiri sendiri. OLEH : ayurai Email: bidankusahabatku@gmail.com http://ayurai.wordpress.com/bidankusahabatku Page 6 Peningkatan ph urine mengakibatkan peningkatan enzim fecal ,yaitu protease dan lipose, sehingga memudahkan terjadinya iritasi pada daerah bokong ,enzim fecal juga meningkatkan permeabilitas kulit akibat garam empedu yang terkandung pada faeces, terutama pada saat diare, sehingga juga mengakibatkan iritasi pada daerah perineal. 2.3 FURUNKULOSIS (BISUL) 2.3.1 Pengertian Furunkulosis atau bisulan adalah suatu nodul inflamatorik dalam yang terjadi pada folikel rambut dan biasanya didahului oleh folikulikis superficial. Furunkulosis hanya terjadi di daerah-daerah yang mengandung folikel rambut, terutama daerah yang mudah atau sering kena gesekan dan berkeringat, yaitu leher, muka, aksilla, dan punggung. 2.3.2 Gambaran Klinik Mulanya timbul nodul folikuler radang kecil yang segera menjadi pustula dan kemudian nekronik. Sesudah eksudat keluar dengan inti nekrotik tinggallah macula keunguang dan akhirnya parut. Perkembangan penyakit ini juga bervariasi. Nekrosis terjadi antara 2 hari sampai 2 atau 3 minggu. Kadang-kadang penderita mengeluh merasa sakit dan demam jika lesinya akut dan besar. Tempat predileksi adalah muka, lengan, pinggang, jari, panggung, dan regio anogenital. Jumlah lesi bisa tunggal atau multiple dan cenderung berkelompok. Lesi dihidung dan kanalis auditorius eksternus dapat menimbulkan rasa sakit hebat. Lesi pada bibir atas dan pipi jangan diganggu sebab dapat menimbulkan komplikasi berbahaya yaitu trombosis sinus kavernosus. 2.3.3 Etiologi OLEH : ayurai Email: bidankusahabatku@gmail.com http://ayurai.wordpress.com/bidankusahabatku Page 7 Penyebab furukulosis ialah stafilokokus. Untuk terjadinya furunkulosis dibutuhkan inokulasi berat dan berulang-ulang dari strain penginfeksi stafilokokus yang terdapat dihidung dan perineum “carrier” kronik. Tapi epidemic furunkulosis disebabkan strain khusus stafilokokus. Gejalanya sering berat tapi sebentar. Tidak ditemui faktor predisposisi. Pada infeksi ringan dan rekurens telah dapat diisolasi berbagai strain stofilokokus, juga faktor predisposisi untuk terjadinya terdapat jelas. 2.3.4 Patologi Furunkulosis merupakan abses folikel rambut. Biasanya rambut vellus. Nekrosis dengan kerusakan folikel sering terjadi sesudah abses perifolikuler. 2.3.5 Diagnosa Banding 1) Impetigo Bockhart Pustula pada impetigo Bockhart letaknya dangkal di muara folikel rambut. 2) Akne Vulgaris Pustula pada akne merupakan satu bagian dari sindroma polimorfik. Pustula itu terdapat bersama-sama dengan papula dan komedon. Lokasinya dimuka dan badan. 3) Erupsi Halogen Pustula dapat juga terjadi pada erupsi halogen terjadinya simetrik dan cepat timbulnya. 2.3.6 Pengobatan a) Furukulosis Enteng • Pada furunkulosis enteng dapat ditanggulangi dengan kompres panas yang dapat: 1) Memulihkan rasa tidak menyenangkan 2) Melokalisasi infeksi 3) Mempercepat pengeringan • Tidak dibutuhkan antibiotik lokal atau sistemik OLEH : ayurai Email: bidankusahabatku@gmail.com http://ayurai.wordpress.com/bidankusahabatku Page 8 b) Furunkulosis dengan sellulitis atau disertai demam • Beri antibiotik sistemik. • Jika bakteri penyebabnya resisten terhadap penicillin ganti dengan oxacillin oral 4x750 mg/hr. • Jika penderita alergi penicillin ganti dengan lyncomycin oral 4x500 mg atau 4x500 mg oral/hr eritomisin. c) Infeksi berat atau infeksi daerah berbahaya • Beri antibiotik dosis maksimal. • Penderita istirahat di tempat tidur. • Daerah sakit di imobilisasi. • Pengobatan sekurang-kurangnya satu minggu d) Lesi luas, terlokalisasi, nyeri, dan berfluktuasi. • Insisi dan drainase. • Antibiotik diteruskan sampai tanda-tanda inflamasi hilang. • Selapis tipis salep basitrasin sekitar lesi. • Lesi yang kering ditutupi pembalut steril untuk mencegah otomokulasi. • Cuci tangan setelah kontak dengan lesi. OLEH : ayurai Email: bidankusahabatku@gmail.com http://ayurai.wordpress.com/bidankusahabatku Page 9 ASUHAN ANAK DENGAN RUAM POPOK 3.1 Pengkajian 3.1.1 Umur. Ruam popok umumnya terjadi pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun. Setelah berumur 2 tahun ke atas, anak jarang mengalami hal ini. Insiden terbanyak terjadi pada anak yang berusia 9 – 12 bulan. 3.1.2 Pola kebersihan cenderung kurang, terutama pada daerah perianal, bokong dan perut bagian bawah. Apabila selesai BAB / BAK, daerah pantat tidak dibersihkan dengan air sebelum diganti dengan popok yang bersih. Selain itu, popok basah karena terkena urine / feses yang tidak segera diganti, bahkan sampai kering kembali akan mempermudah terjadinya ruam popok. 3.1.3 Bayi sering menggunakan popok plastic yang kedap air dan disposable, yang terbuat dari bahan sintetis dalam waktu lama. 3.1.4 Perlu dikaji bagaimana cara ibu mencuci pakaian adan popok. Apabila menggunakan popok disposable (missal: pampers), harus diganti setiap beberapa jam. Pencucian yang tidak bersih dapat menyebabkan terjadinya ruam popok karena detergen tertinggal pada pakaian. 3.1.5 Pada pemeriksaan daerah bokong terdapat bintik-bintik kemerahan yang kadang- kadang berisi nanah. Demikian juga pada daerah bawah perut. 3.1.6 Anamnesa faktor alergi. Kemungkinan anak sensitive terhadap detergen / sabun cuci yang digunakan atau anak alergi terhadap popok disposable. 3.2 Diagnosis / Masalah 3.2.1 Ruam pada pantat 3.2.2 Pola kebersihan kurang 3.2.3 Kemungkinan alergi terhadap detergen 3.3 Planning OLEH : ayurai Email: bidankusahabatku@gmail.com http://ayurai.wordpress.com/bidankusahabatku Page 10 1. Hindari penggunaan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah pantat atau bokong. Sabun yang berlebihan dan keras sifatnya dapat menyebabkan iritasi. 2. sebaikanya gunakan kapas dengan air hangat atau kapas dengan minyak untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAB / BAK. 3. bila terdapat bintik kemerahan, berikan krem atau salep, dan biarkan terbuka untuk beberapa saat. 4. Jaga agar kulit tetap kering dengan cara: a. Apabila menggunakan popok kain perhatikan agar sirkulasi udara tetap terjaga. b. Apabila menggunakan popok disposable, pilihlah yang menggunakan bahan super absorbent yaitu popok yang terbuat dari bahan yang mengandung jel penyerap. Jel ini menyerap air secara kuat sehingga kulit tetap kering dan dapat mengontrol pH urine atau fese. c. Hindari penggunaan popok atau celana yang terbuat dari karet atau plastik. d. Penggunaan bedak talk dapat menjaga agar klit tetap kering tetapi sangat berbahaya jika masuk ke dalam saluran nafas dan dapat menyebabkan iritasi kulit perianal bila tercampur dengan urine atau feses. Apabila ingin menggunakan bedak, gunakan bedak yang terbuat dari serbuk jagung karena relative lebih aman. Tuangkan pada tangan atau saput untuk ditaburkan pada bagian luar saja. e. Berikan posisi tidur yang selang seling terutama pada bagian pantat agar pantat tidak tertekan dan memberikan kesempatan pada bagian tersebut untuk kontak dengan udara. f. Pakaian, celana atau popok yang kotor sebelum dicuci sebaiknya direndam dulu dalam air yang dicampur acidum baricum kemudian di bilas lalu keringkan. Hindari penggunaan detergen atau pengharum pakaian. g. Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum. OLEH : ayurai Email: bidankusahabatku@gmail.com http://ayurai.wordpress.com/bidankusahabatku Page 11 DAFTAR PUSTAKA Harahap, Marawi. 1990. Penyakit Kulit. Jakarta: Gramedia. Jellite D. B. 1979. Penyakit Anak dan Cara Pencegahannya. Jakarta: Lancar. Mansjoer, Arif M. 2000.Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medica. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta: Infomedia. OLEH : ayurai Email: bidankusahabatku@gmail.com http://ayurai.wordpress.com/bidankusahabatku Page 12