Loading ...
Global Do...
News & Politics
7
0
Try Now
Log In
Pricing
World Equity Index ∆% Currencies ∆% Commodities ∆% JCI 3,341.63 -0.46 USD 8,980.00 0.08 Crude Oil (US$/barel) 75.13 -1.49 DJIA 10,594.83 0.21 EUR 11,677.60 0.06 Gold (US$/Troy Oz) 1,269.70 1.98 S&P 500 1,124.66 -0.04 GBP 14,035.30 0.63 Natural Gas 4.02 1.52 Nasdaq 2,303.25 0.08 AUD 8,416.97 -0.43 Silver (US$/Troy Oz) 20.40 1.44 FTSE 100 5,540.14 -0.28 CAD 8,747.34 0.05 Tins (US$/Metric Ton 22,860.00 3.00 Nikkei 225 9,509.50 -0.07 JPY/100 10,515.85 -2.68 Nickel (US$/Metric Ton) 23,180.00 1.49 Hang Seng 21,691.45 -0.16 SGD 6,714.04 -0.24 KOSPI 1,811.85 -0.66 Close ∆% Close ∆% Close ∆% Agri 1,817.65 -0.31 Property 177.21 0.80 LQ-45 633.05 -0.78 Mining 2,451.96 1.76 Infrastructure 792.30 -0.61 JII 510.34 -1.62 Basic-Ind 380.51 -0.11 Finance 431.37 -0.06 MBX 971.35 -0.49 Misc-Ind 966.23 -3.95 Trade 356.33 -1.07 DBX 424.45 -0.14 Consumer 1,096.87 -0.73 Manufacture 819.84 -1.62 Total Transaksi Bursa ∆% Transaksi Asing ∆% Reksa Dana NAB/Unit 7D ∆% 30D ∆% Market Cap (Rp. Tr) 2,796.21 -0.45 Beli Vol. (M. Shares) 809.39 -32.80 Indosurya Balanced Fund 1,304.31 2.26 0.94 Volume (M. Shares) 5,715.09 15.29 Value (Rp. B) 2,043.16 -50.15 Indosurya Equity Fund 1,312.30 6.03 3.41 Value (Rp. B) 5,047.02 -31.98 Jual Vol. (M. Shares) 370.63 -31.89 Value (Rp. B) 1,297.76 -33.80 Indosurya Market Analysis Daily Our View Stock Action Code Open High Low Close S1 S2 S3 Pivot R1 R2 R3 ∆% WIKA 630 700 610 680 610 565 520 655 700 745 790 7.94 SGRO 2,800 2,800 2,725 2,750 2,738 2,694 2,663 2,769 2,813 2,844 2,888 -1.79 INDF 5,150 5,200 5,000 5,200 5,075 4,938 4,875 5,138 5,275 5,338 5,475 0.97 LSIP 9,700 9,850 9,650 9,700 9,600 9,525 9,400 9,725 9,800 9,925 10,000 -1.02 ADRO 2,025 2,100 2,000 2,100 2,013 1,956 1,913 2,056 2,113 2,156 2,213 5.00 UNTR 20,850 20,850 20,050 20,100 20,075 19,663 19,275 20,463 20,875 21,263 21,675 -3.60 UNVR 16,950 16,950 16,500 16,550 16,525 16,288 16,075 16,738 16,975 17,188 17,425 -1.49 PGAS 4,075 4,075 4,000 4,025 4,013 3,969 3,938 4,044 4,088 4,119 4,163 -1.23 ASII 57,000 57,000 54,250 55,300 54,775 53,138 52,025 55,888 57,525 58,638 60,275 -4.33 BJBR 1,410 1,440 1,400 1,420 1,395 1,378 1,355 1,418 1,435 1,458 1,475 0.71 Investment & Research Division T 021-57905068 F 021-57905069 1 Your Investment Partner Investor asing akan diberikan kemudahan/insentif dari Pemerintah Mulai membaiknya kinerja Bank Mutiara, LPS siap menawarkan kepada investor strategis Bulan Ramadhan lalu tidak menghentikan investor untuk terus bertransaksi di Pasar Modal. Terlihat dari kenaikan nilai transaksi. Selama Ramadhan, transaksi bursa rata-rata Rp 4,7 triliun. Bahkan nilai transaksi ini naik 11,49% jika dibandingkan rata-rata trasaksi harian dari awal tahun hingga 7 September 2010 (Rp 4,218 triliun). Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan pada Ramadhan sebelumnya yang hanya Rp 4 triliun. Tingginya transaksi ini karena banyaknya dana asing yang masuk ke pasar Indonesia. Pemerintah akan memudahkan investor asing yang masuk ke Indonesia. Rencananya, Pemerintah akan memberikan insentif pajak penghasilan atau Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP). Saat ini, sedang dipilih sektor mana saja yang layak memperoleh insentif tersebut. Pemerintah yakin, dengan adanya pemberian insentif itu akan mampu mengundang investasi dalam jumlah besar ke Indonesia. Sejauh ini, Pemerintah sudah mendapatkan komitmen 4 investor asing. 3 dari KorSel dan 1 dari AS. Rencananya, investasi Hancook yang memproduksi ban diperkirakan mencapai US$ 1,2 miliar sedangkan investasi Hyundai sebesar US$ 600 juta. Investasi LG, masih dalam tahap pembicaraan. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengklaim peminat Bank Mutiara sudah banyak, yaitu berasal dari investor Asia terutama Jepang dan KorSel serta Eropa. Investor tersebut sudah melakukan penjajakan dan bertanya bagaimana perkembangan bank tersebut. Bahkan juga ditanyakan kapan Bank Mutiara bisa ditawarkan ke investor. Investor lokal juga ada yang tertarik. Tetapi, baru sebatas tanya-tanya. LPS berencana menawarkan Bank Mutiara kepada investor pada tahun ketiga setelah diambil alih. Tetapi, jika penawarannya kurang memuaskan maka akan kembali diperpanjang dua tahun lagi. Reza Priyambada Marissa Rahmatwati manajerinvestasi@indosurya.net / indosurya_securities@yahoo.com PT Asjaya Indosurya Securities does not give any warranty in relation to the accuracy, completeness and reliability of this report as it only expresses his/her personal views. This report is prepared for internal use and the clients of PT Asjaya Indosurya Securities only. PT Asjaya Indosurya Securities does not responsible for any transaction with regard to any recommendation mentioned in this report. The final desicion in in your hands. Please learned of risk & return first before making an investment. The Reserve Bank of India India akhirnya memutuskan untuk menaikkan kembali suku bunga acuannya dengan tujuan untuk memangkas tingginya angka inflasi. Kenaikannya bahkan diluar dugaan. Bank sentral India menaikkan repo rate acuan ke level 6% dari posisi sebelumnya 5,75%. Bank sentral juga menaikkan bunga pinjaman bank (reverse repo rate ) menjadi 5% dari 4,5%. Kenaikan suku bunga ini ialah ke-5 kalinya dilakukan seiring dengan tingginya inflasi yang mencapai 2 digit meskipun di bulan Agustus inflasi turun ke level 8,5%. Pemerintah tak khawatir terjadinya outflow selama ekonomi AS belum stabil Selama Ramadhan lalu, transaksi justru lebih meningkat Selama kondisi perekonomian AS belum stabil, Pemerintah tak khawatir terjadi outflow . Apalagi, Pemerintah yakin kondisi perekonomian Indonesia cukup baik. Hal ini diperkuat setelah peringkat daya saing Indonesia membaik dari 54 menjadi 44 tahun ini. Di lain pihak, Pemerintah tetap waspada dan mengupayakan yang baik serta harus berkelanjutan. Dana asing yang masuk ke Indonesia mengalir deras. Data BI menunjukkan, hingga 20 Agustus lalu, posisi asing di SBI mencapai Rp 57,9 triliun. Sementara, kepemilikan asing di SUN sebanyak Rp 163,5 triliun (27,9% dari total dana). Bursa AS dipengaruhi banyak sentimen. Setelah sebelumnya turun karena pengumuman proyeksi kinerja FedEx Corp yang turun namun, mampu ditahan oleh kenaikan saham-saham teknologi sebelum Apple merilis tablet iPad di China. Sejumlah saham yang turun terbesar hari ini: FedEx turun 3,8% dan Pulte Group Inc (-3,9%). Sementara, Apple memimpin kenaikan tertinggi sebesar 2,4%. Kenaikan juga dialami oleh Ford Motor Co +4,8% setelah Barclays Plc menaikkan rekomendasinya. Pada akhir sesi, indeks S&P 500 turun 0,04% setelah sebelumnya -0,6%. Sementara, indeks DJIA +0,2%, level tertinggi sejak 10 Agustus lalu. Pemulihan belum merata. Data perekonomian masih beragam. Outlook negatif dari industri pengapalan membuat pemulihan ekonomi kian jauh dicapai. Bursa AS bergerak beragam Pasar emerging market mengalami penurunan setelah reli penguatan Untuk pertama kali dalam 6 hari, saham-saham di pasar emerging market sebagian besar mengalami penurunan. Turunnya saham dipimpin oleh sektor perbankan China di tengah spekulasi jika Pemerintah China akan memperketat kebijakan pengucuran kredit dan kewajiban bank untuk menaikkan rasio modalnya. Terlihat dari indeks MSCI Emerging Market turun 0,5% menjadi 1.033,35. Sejumlah indeks acuan yang mengalami penurunan paling besar antara lain Shanghai Composite Index -1,9%, IHSG -0,6% dan ISE National 100 Turki -0,5% dari rekor tertingginya. Para investor menilai, saat ini perekonomian dunia berada dalam tahap yang penuh dengan ketidakpastian dan harus ekstra hati-hati. India kembali menaikkan suku bunga acuannya Meskipun beredar spekulasi Pemerintah Jepang akan melanjutkan intervensinya, hal itu tak berpengaruh terhadap pergerakan Yen yang terbukti masih menguat, terutama terhadap seluruh mata uang utama dunia. Di pasar beredar spekulasi para eksportir Jepang berencana membeli Yen di level terendah dalam 2 minggu sehingga dapat meraih keuntungan sebelum tahun keuangan fiskal 1H10 ini berakhir. Belum diketahui detil, langkah Bank of Japan untuk menenangkan pasar. Apakah ingin Yen melemah atau hanya mencegah untuk menguat kembali. 17-Sep-10 JCI Sectoral Index Indosurya Global Analysis Yen tetap menguat di tengah kabar BoJ akan intervensi nilai tukar C INDOSURYA Morning Call IHSG MPPA PTBA MEDC DILD 2 MORNING STOCKS NEWS & TECHNICAL REVIEWMORNING STOCKS NEWS & TECHNICAL REVIEWMORNING STOCKS NEWS & TECHNICAL REVIEWMORNING STOCKS NEWS & TECHNICAL REVIEWINDOSURYA Morning Call Setelah beberapa waktu menguat, kali ini IHSG tak mampu mempertahankan rekor barunya akibat aksi ambil untung investor. IHSG pun masuk zona negatif, dipimpin koreksi saham otomotif, ASII dan IMAS. Aksi jual hanya terjadi pada 83 saham, sementara 116 mencatat kenaikan dan 67 tidak berubah. Hampir semua sektor di lantai bursa mengalami koreksi dengan kontribusi terbesar dari sektor aneka industri turun 3,94%. Sektor konstruksi dan pertambangan menjadi dua sektor yang membukukan kenaikan masing- masing sebesar 1,76% dan 0,8%. Pelemahan kali ini, seiring koreksi bursa regional Asia. Investor merealisasikan keuntungan karena tingginya valuasi bursa. Hal ini tidak mengherankan, karena indikator teknikal pun menunjukkan telah berada di atas zona overbought . Diperkirakan IHSG akan berada pada support 3.279-3.320 dan resistance 3.360-3.379. MACD masih menunjukkan penguatan. Tetapi, RSI, Williams %R dan Stochastic mulai menunjukkan pelemahannya meskipun masih di atas area overbought. MPPA akan kembali melakukan aksi korporasi lagi. Setelah menjual kepemilikan sahamnya di LPPF, diperkirakan akan menjual aset Hypermart. Meskipun hal ini belum tentu akan dilakukan dalam waktu dekat ini. Saat ini manajemen MPPA masih melakukan review terhadap rencana penjualan asetnya ini. Strategis review ini dilakukan untuk mencari pola pengembangan bisnis MPPA ke depannya yang dilakukan dengan cara penambahan gerai, akuisisi, atau merger. Tidak tertutup kemungkinan untuk mengajak partner dalam pengembangan bisnis. Jika penjualan Hypermart ini dilakukan, maka MPPA hanya tinggal memiliki bisnis Matahari Food Businness (MFB) seperti Foodmart, Boston. Diperkirakan berada pada support 910-930 dan resistance 950-960. MACD bergerak tipis meskipun menunjukkan penguatan. Williams %R dan Stochastic masih bergerak menguat namun, RSI mulai berbalik arah. PTBA siap memenuhi kebutuhan batubara PT PLN (Persero) sebanyak lebih dari 20 juta ton/tahun mulai 2015. Saat ini PTBA sudah memasok 8,1 juta ton batubara/tahun untuk kebutuhan 3 pembangkit PLN. Ketiganya adalah 6,1 juta ton untuk PLTU Suralaya, dan sisanya untuk PLTU Bukit Asam dan PLTU Tarahan. PLN meminta tambahan 14,5 juta ton untuk kontrak selama 20 tahun. Tapi, kiriman batubara tambahan untuk PLN baru bisa dilayani jika 2 proyek pembangunan jalur kereta api dan pelabuhan khusus batubara yang digarap PTBA dengan PT Adani Global dan China Railway Group Limited telah rampung. Diperkirakan PTBA akan bergerak support 18.500-18.700 dan resistance pada 19.200-19.500. MACD masih menunjukkan tren penguatan. Tetapi, RSI, Stochastic dan William's %R mulai berbalik arah setelah berada di atas area overbought . Setelah mencatatkan kinerja yang kurang baik tahun lalu, tahun ini MEDC diprediksi tampil cemerlang. Terlihat dari produksi perseroan Agustus lalu, telah mencapai 30.974 barel/hari atau lebih tingi dari target yang dipatok di awal tahun (29.690 barel). Tetapi, kinerja perseroan yang pada 1H10 mencatatkan kenaikan laba bersih 26,2%, tidak selalu tercermin pada harga sahamnya. Hal ini terkait dengan harga minyak dan kurs US$. Saat perekonomian dunia belum stabil, harga minyak terus berfluktuasi dalam rentang yang cukup lebar. Berdasarkan laporan keuangan terakhir, MEDC memiliki kewajiban yang cukup besar sekitar US$ 898,9 juta per 1H10 sehingga membuat laba operasionalnya tergerus banyak. Oleh karena itu, MEDC cocok untuk jangka pendek. Triangle pattern telah terbentuk dengan support 3.000-3.050 dan resistance 3.150-3.200. MACD belum menunjukkan persinggungan untuk menguat. RSI, Stochastic dan William's %R mencoba untuk meninggalkan area oversold . Setelah sebelum libur Lebaran mengalami pelemahan, saham DILD diperkirakan kembali menguat. DILD sempat menyentuh Rp 700 (23/8), batas atas sejak perseroan melakukan stock split (26/7/2010). Tetapi, karena 3 pemilik saham besarnya melakukan penjualan 2,11 miliar saham, harganya turun 41%, dari Rp 670 ke Rp 470. Di hari I pasca lebaran, harganya naik 7,37% menjadi Rp 510. Diperkirakan DILD bisa menyentuh level Rp 790. Pada 1H10, laba bersih naik hingga 3.441%, dari Rp 6,3 miliar menjadi Rp 233,1 miliar. Hasil right issue April lalu, sebagian besar (Rp 1,69 triliun) dipakai untuk membeli lahan 1.600ha. Dengan transaksi itu, kini lahan pengembangannya sebesar 2.400ha. Tahun ini capex DILD berkisar Rp 600 miliar, di 2011 dan 2012 diperkirakan akan naik menjadi Rp 700 miliar dan Rp 800 miliar. Diperkirakan DILD akan bergerak support 485-500 dan resistance 515-530. MACD masih menunjukkan penurunan. RSI, Stochastic dan William's %R masih berada di bawah area oversold dan mencoba untuk bergerak ke atas meninggalkannya. Your Investment Partner KURVA YIELD OBLIGASI PEMERINTAH INDONESIA KURVA YIELD OBLIGASI KORPORASI INDONESIA Sumber: www.ibpa.co.id Harga Benchmark Obligasi Pemerintah Harga Obligasi Korporasi Teraktif Seri Kupon (%) Harga ∆% Seri Harga Rating Kupon (%) FR0027 9.50 108.25 -0.07 Federal I. Finance VII D 2007 102.18 idAA- 10.75 FR0031 11.00 121.45 0.27 Federal I. Finance VIII C 2008 103.30 idAA- 12.63 FR0040 11.00 121.37 0.40 Adhi IV 2007 103.24 idA- 11.00 FR0052 10.50 115.08 0.95 Oto Multiartha VII C 2010 100.46 idAA- 11.75 FR0050 10.50 113.00 0.62 Bank Sulut IV 2010 102.00 idA- 12.00 Indosurya Bond & Sukuk Market Analysis 3 Tahun depan, Pemerintah akan menerbitkan 2 seri obligasi valas Pemerintah kembali akan menggenjot penarikan pembiayaan dari pasar pada awal tahun, dengan mengagendakan penerbitan 2 seri obligasi berdenominasi valas di 1H11. Salah satu sumber pembiayaan defisit tahun depan akan diupayakan dengan menerbitkan sukuk global dan global bond pada semester I. Dirjen Pengelolaan Utang tidak mengkhawatirkan terjadinya crowding out (jatuh tempo obligasi yang menumpuk) dengan strategi Pemerintah menggenjot penerbitan di awal tahun, karena skenario tersebut telah memperhatikan jarak penerbitan dan jumlah penarikan dananya. Penerbitan sukuk global pada tahun depan akan lebih banyak menyasar ke investor-investor asal kawasan Timur Tengah, Asia, dan Eropa. Sementara untuk obligasi valas konvensional [global bond) diharapkan direspon investor asal Asia, Eropa dan Amerika untuk membelinya. Di lain pihak, Pemerintah telah mengantongi komitmen pinjaman siaga dari Japan Bank International Corporation (JBIC) sebesar US$1,5 miliar untuk 2009-2010 yang diberikan dalam bentuk penjaminan atas penerbitan obligasi negara di pasar Jepang melalui skema MASF (Market Access Support Facility). Your Investment Partner MORNING GOVERNMENT & CORPORATE BOND REVIEWMORNING GOVERNMENT & CORPORATE BOND REVIEWMORNING GOVERNMENT & CORPORATE BOND REVIEWMORNING GOVERNMENT & CORPORATE BOND REVIEWINDOSURYA Morning Call Maturity 02-May-11 13-May-11 06-Jul-12 11-Dec-12 09-Apr-15 Pekan depan, Pemerintah akan lelang 4 seri SUN Pemerintah akan kembali melelang SUN senilai Rp 3 triliun pada pekan depan. Lelang surat ini untuk melengkapi target pembiayaan APBNP 2010. Settlement akan dilaksanakan pada tanggal 23 September 2010. Pelelangan menggunakan sistem pelelangan BI dan bersifat terbuka serta menggunakan metode harga beragam. Ada 4 jenis surat utang yang ditawarkan. Pertama, seri SPN20110922 dengan pembayaran bunga secara diskonto, jatuh tempo tanggal 22 September 2011. Kedua, seri FR0055, jatuh tempo 15 September 2016. Ketiga, seri FR0056, jatuh tempo 15 September 2026. Pembayaran kupon dilakukan setiap tanggal 15 Maret dan 15 September. Keempat, seri FR0054 dengan tingkat bunga tetap sebesar Rp 9,50%, jatuh tempo tanggal 15 Juli 2031. Pembayaran kupon dilakukan setiap tanggal 15 Januari dan 15 Juli. Alokasi pembelian non kompetitif untuk SUN seri SPN20110922 sebesar 30% dari target indikatif. Sedangkan alokasi pembelian non kompetitif untuk FR0055, FR0056, dan FR0054 sebesar 20% dari total yang dimenangkan. kkkkkkkkkkk 4 Head Office : Branch Office : Your Investment Partner INDOSURYA Morning Call Jakarta Branch : Grha Kencana Lt. 2 Jl. Perjuangan No. 88 Kebon Jeruk. Jakarta Barat Telp : 021 – 5365 0385 Fax : 021 – 5366 0695 Ruko Mega Grosir Cempaka Mas Blok J No. 5 Jl. Letjend. Suprapto. Jakarta Pusat 10640 Telp : 021 - 4288 3322 Fax : 021 - 4288 0268 Surabaya Branch : Indosurya Tower Lt. 2 Jl. Basuki Rahmat 75. Surabaya Telp : 031 – 535 3333 Medan Branch : West Plaza Lt. 5 Jl. Diponegoro No. 16 Medan 20152 Telp : 061 – 455 8545 Fax : 061 – 457 5548 Grha Surya Komp. Taman Perkantoran Kuningan Jl. Setiabudi Selatan I Kav. 9. Jakarta 12920. Indonesia Telp : 021 – 5790 5068 Fax : 021 – 5790 4859 Website: www.indosurya.net Padang Branch : Jl. Belakang Olo No. 35A, Padang Telp : 0751 – 841 845 Fax : 0751 – 841 894 Palembang Branch : Jl. Letkol. Iskandar No. 762. Palembang Telp : 0711 – 373 666 Fax : 0711 - 367 149 Solo Branch : Jl. Slamet Riyadi No. 401 Surakarta 57139 Telp : 0271 – 711 958 Fax : 0271 - 737 477